Badriyya Maimoen Ar-Rumi menyeberangi lautan bukan untuk mengejar mimpi, melainkan untuk melarikan diri. Di Universitas Malaya, di antara denting hujan yang jatuh di atap asrama dan aroma formalin ruang anatomi, ia mencoba menata hati yang retak. Ayahnya ingin menikah lagi dan di antara lembar pesan yang tak pernah ingin ia baca, tersimpan luka yang belum menemukan pintu keluar.
Ia pikir Malaysia hanya akan menjadi ruang sunyi bagi pelarian, namun semesta mempertemukannya kembali dengan Agatha Zea Civitavecchia, Tha gadis yang dulu hanya hadir dalam serpihan masa kecil dan bayangan yang samar. Tha datang seperti cahaya sore yang lembut, membuat setiap langkah Rumi di tanah asing itu berdenyut hangat dan berwarna.
Namun semakin Rumi tersenyum, semakin dalam pula bayangan itu menelan. Pesan-pesan Ayah berubah menjadi gema yang menyayat, mimpi-mimpi hadir tanpa akhir, dan ingatan masa lalu menetes seperti racun yang lambat namun pasti.
Di antara lembutnya senyum Tha dan dinginnya malam Kuala Lumpur, Rumi menyadari, ada sesuatu yang tidak ingin ia ingat, namun juga tidak bisa ia lupakan.





Reviews
There are no reviews yet.